Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja Di Home Industri Batik

Industri di Indonesia berkembang sangat pesat guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Industri berada pada sektor formal dan informal. Industri informal misalnya industri rumah tangga (home industri), perdagangan dan pertanian. Di Indonesia pekerjaan sektor informal memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor informal mampu menyerap tenaga kerja hingga 90% (± 70 juta jiwa) pada tahun 2013. Sektor informal banyak terdapat di perdesaan, yaitu ± 77,3%, dari pekerja sektor informal mayoritas didominasi oleh perempuan. Pekerja Sektor Informal perlu memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Tujuan penyelengaraan K3 adalah agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sektor informal belum terlaksana dengan baik, kondisi tersebut akan sangat beresiko pada tenaga kerja terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. Salah satu penyakit akibat kerja adalah LBP.

Low Back Pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bawah yang berasal dari tulang belakang baik berupa otot, saraf atau organ yang lainnya yang diakibatkan oleh penyakit maupun aktivitas tubuh yang tidak baik. Low Back Pain yang timbul karena duduk lama merupakan kejadian yang sering terjadi saat ini. 60% pekerja usia dewasa mengalami LBP hal tersebut karena banyaknya pekerjaan yang dilakukan dengan sikap duduk lama saat ini. Duduk lama yang salah dapat menyebabkan otot punggung kaku sehingga dapat merusak jaringan disekitarya. Bila kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang lama akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf di tulang belakang sehingga dapat menyebabkan Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Secara umum LBP merupakan penyebab kedua banyaknya pengusaha mengalami kehilangan jam kerja. Biaya yang hilang akibat LBP sebesar 50 miliar dolar per tahun sedangkan biaya akibat menurunnya hasil produksi sebesar 20 miliar dolar. Menurut Journal Medicine di Inggris, 180 juta waktu kerja hilang karena sakit pinggang yang disebabkan duduk pada kursi yang tidak memenui standar. Keluhan LBP banyak di jumpai pada tenaga kerja yang melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk yang lama, dilakukan berulang-ulang dan dalam posisi duduk yang tidak alamiah, tekanan dan sirkulasi darah yang buruk di daerah kaki dan pantat dalam jangka waktu yang lama merupakan faktor pemicu timbulnya LBP.

Pembatik adalah tenaga kerja yang bekerja dengan posisi duduk dalam jangka waktu yang lama dan dilakukan secara berulang-ulang setiap hari dengan ketelitian yang tinggi, dengan posisi tersebut tenaga kerja mempunyai resiko terjadinya LBP.  Proses kerja pada pada pembuatan batik meliputi; pembuatan pola batik, pelekatan lilin pada pola yang telah dibuat, pewarnaan kain, menghilangkan lilin dari kain, kain yang sudah siap selanjutnya dilukis dengan pensil dan diulang dengan menggunakan canting yang berisi malam kemudian diulang pada kedua belah sisi kain, dicelupkan pada warna yang dikehendaki selanjutnya dimasak agar lilin yang menempel terlepas kemudian dijemur. Dari semua proses kerja tersebut banyak dilakukan dalam posisi duduk. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap kerja duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah (low back pain) pada tenaga kerja.

Artikel ini yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja Di Home Industri Batik Sokaraja Kabupaten Banyumas” bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian LBP pada pekerja home industry batik di Sokaraja Kabupaten Banyumas. Sokoraja merupakan daerah di wilayah banyumas yang masyarakatnya banyak memproduksi batik secara tradisional sampai saat ini. Variable yang diteliti antara lain usia, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, berat badan, tinggi badan, waktu kerja, masa kerja, dan kejadian LBP.

Artikel ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para stakeholder terkait untuk merancang dan menerapkan program dan atau kegiatan dalam meningkatkan pengetahuan, persepsi, dan peran kader dalam pencegahan HIV-AIDS. Keterlibatan pemangku kepentingan diperlukan juga dalam menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan persepsi dengan peran kader WPA dalam aplikasi program WPA di masyarakat.

 

Penulis: Lu’lu Nafisah

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada:

http://jos.unsoed.ac.id/index.php/kesmasindo/article/view/995

Harwanti, S., Ulfah, N., Nurcahyo, PJ. (2018). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja Di Home Industri Batik Sokaraja Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia, 10(2): 109-123.