Perilaku Pencarian Pengobatan dan Perawatan Mandiri pada Penderita Filariasis

Filariasis merupakan penyakit menular disebabkan cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening manusia, sehingga berpotensi merusak sistem limfa serta menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, payudara, dan kantung buah zakar. Filariasis di Indonesia disebabkan oleh infeksi cacing filaria Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori yang ditularkan oleh beberapa spesies nyamuk seperti Mansonia uniformis dan Culex quinquefasciatus yang sering ditemukan sebagai vektor filariasis di Jawa Tengah.

Meski tidak mengakibatkan kematian secara langsung, penyakit ini menjadi penyebab utama kecacatan, pengucilan, hambatan psikosisial, dan penurunan produktivitas kerja individu sehingga menimbulkan kerugian ekonomi. Persebaran kasus filariasis berdasarkan data WHO menunjukkan pada tahun 2014, filariasis menyerang 1.103 juta penduduk, di mana 632 juta kasusnya di Asia Tenggara. Pada tahun 2015, filariasis di Indonesia berjumlah 13.032 kasus, di mana 504 kasus Filariasis tersebut berada di Jawa Tengah. apowerrecover crack

Penyakit Filariasis jika tidak ditangani secara tepat dapat menimbulkan dampak negatif, diantaranya kecacatan seumur hidup atau irreversible sehingga menjadi beban psikososial yang berat diterima oleh penderita. Filariasis tidak menimbulkan dampak lebih besar apabila ditangani dengan baik, diantaranya dengan pencarian pengobatan dan perawatan ke layanan kesehatan sesegera mungkin. Selain memperbesar risiko penularan filariasis, pengobatan dan perawatan mandiri yang tidak dilakukan segera juga berpotensi memperburuk kondisi penderita.

Institusi kesehatan perlu menambah informasi tentang filariasis kepada penderita, keluarga dan masyarakat secara intensif bukan hanya saat kegiatan POPM filariasis saja tetapi juga melakukan pengendalian vektor filaria melalui pemberantasan sarang nyamuk serta peningkatan penemuan dini filariasis melalui screening darah jari. Perawatan mandiri pada penderita filariasis klinis juga perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui perawatan yang telah dilaksanakan penderita. Tenaga kesehatan masyarakat sebaiknya melaksanakan intervensi terkait perilaku pengobatan dan perawatan mandiri filariasis yang baik. Masyarakat harus patuh meminum obat pencegahan filariasis yang diberikan melalui POPM, serta melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin. Selain itu penting untuk meningkatkan peran masyarakat dan keluarga dalam mendorong penderita meminum obat filariasis dan melakukan perawatan mandiri secara teratur. microsoft toolkit

Artikel yang berjudul “Perilaku Pencarian Pengobatan dan Perawatan Mandiri pada Penderita Filariasis di Kabupaten Wonosobo” menggali lebih mendalam tentang gambaran perilaku pencarian pengobatan dan perawatan mandiri pada penderita filariasis di Wonosobo serta alasan-alasannya. Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat dan pihak-pihak terkait lebih memperhatikan pentingnya pencarian pengobatan dan perawatan mandiri yang tepat pada penderita filariasis. Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu kesembuhan penderita filariasis.

Penulis: Lu’lu Nafisah

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada:

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/22976

Dheo, RP., Masfiah, S., Maghfiroh. AFA. (2019). Perilaku Pencarian Pengobatan dan Perawatan Mandiri pada Penderita Filariasis di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 14(2): 122-135