Info Detail
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Purwokerto, 3 Oktober & 7 November 2025
Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) sukses menyelenggarakan “Guest Lecture Series 1 & 2” dengan fokus pada bidang Farmakogenomik dan Farmakogenetik. Acara yang berlangsung dalam dua sesi ini bertujuan untuk memperkaya wawasan akademisi dan praktisi kesehatan tentang bagaimana variasi genetik seseorang mempengaruhi respons tubuh terhadap obat.
Acara ini diselenggarakan oleh Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinis berkolaborasi dengan Laboratorium Biologi Farmasi. Bertempat di Mini Conference, IHSB Lt. 1, FIKES Unsoed (dan online via Zoom). Seri 1: Jumat, 03 Oktober 2025 (12.30 – 15.30 WIB) dan Seri 2: Jumat, 07 November 2025 (12.30 – 15.30 WIB)
🔬 Menyelami Polimorfisme Genetik dan Implikasi Klinisnya Kuliah tamu ini menghadirkan Dr. apt. Sarmoko, M.Sc., seorang Dosen dari Program Studi Farmasi, Institut Teknologi Sumatera (ITERA), yang juga merupakan mantan Dosen di Departemen Farmasi Unsoed. Beliau didampingi oleh apt. Masita Wulandari, M.Sc., Dosen Departemen Farmasi Unsoed, sebagai moderator.
Seri pertama, yang bertajuk “CYP450 Genetic Polymorphism as the Molecular Foundation for Pharmacogenomic & Pharmacogenetic,” membahas secara mendalam terkait dengan Polimorfisme DNA pada enzim CYP450. Dalam kontek farmakogenomik, polimorfisme ini dapat mengubah cara tubuh memproses obat. Selain itu, dibahas juga adanya mutasi pada DNA, khususnya Single Nucleotide Polymorphism (SNP). Mutasi yang terjadi lebih dari 1% populasi dikelompokkan sebagai polimorfisme. Polimorfisme yang paling umum ini (perubahan satu basa nukleotida) dibahas karena memiliki implikasi klinis yang signifikan. SNP pada gen tertentu dapat mengubah fungsi enzim yang memetabolisme obat, sehingga memengaruhi efektivitas dan toksisitas obat. Akibat dari adanya polimorfisme pasien dapat dikategorikan berdasarkan beberapa kelompok dari bagaimana enzim pemetabolisme obat diproduksi oleh pasien tersebut. Diantaranya adalah Poor Metabolizer (PM), Intermediate Metabolizer (IM), Extensive/Normal Metabolizer (EM/NM), dan Ultra-rapid Metabolizer (UM). Klasifikasi ini sangat penting untuk penyesuaian dosis obat, guna menghindari kegagalan terapi (pada UM atau PM untuk prodrug) atau toksisitas (pada PM).
Seri kedua, “Techniques for Detecting Genetic Variation in Pharmacogenetic/Pharmacogenomic,” berfokus pada aspek teknis dan penerapannya di klinis. Pembahasan yang dilakukan terkait dengan Metode Analisis Variasi pada DNA. Peserta diajak memahami tahapan analisis genetik, mulai dari pengambilan sampel (darah/saliva), proses ekstraksi DNA, hingga metode deteksi variasi genetik seperti RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism), PCR (Polymerase Chain Reaction), dan teknologi canggih seperti Microarray.
Farmakogenomik merupakan bidang ilmu yang mengombinasikan farmakologi dan genomik. Tujuannya adalah mewujudkan “Pengobatan Personal” atau Personalized Medicine. Harapannya, kita dapat memprediksi respons tubuhnya terhadap obat, sehingga dapat diresepkan jenis obat dan dosis yang paling efektif dengan risiko efek samping yang minimal,” ujar Dr. Sarmoko.