Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Pedesaan

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sampai saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan penting di Indonesia, karena kasusnya yang terus terjadi. Data dari International Diabetes Federation pada tahun 2017 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 negara dengan jumlah orang dengan diabetes terbanyak.1 Penyakit ini merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronis yang diakibatkan karena kerusakan/defisiensi sekresi insulin, kerusakan respon terhadap hormon insulin ataupun keduanya. Penyakit ini terbagi menjadi DM Tipe I, Tipe II dan Tipe gestasional. DM Tipe II merupakan tipe yang paling banyak ditemukan karena berhubungan dengan gaya hidup dan pola makan seseorang. idm crack

Menurut Federasi Diabetes Internasional, 415 juta orang hidup dengan DM Tipe II pada tahun 2015, dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi hampir 642 juta pada tahun 2040. Data epidemiologis memprediksi peningkatan beban pengeluaran kesehatan global yang tidak dapat dihindari akibat dari penyakit DM Tipe II, sehingga pencegahan penyakit harus menjadi prioritas. Diabetes Tipe II disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Gen dan lingkungan seperti perilaku dan gaya hidup secara bersama-sama merupakan penentu terjadinya resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas. Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan DM tipe II terdapat faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi/diubah dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi/diubah. Faktor riwayat keluarga ataupun genetis merupakan variabel yang tidak dapat diubah. Beberapa penelitian menyebutkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, merokok, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat. Kasus DM tipe II dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup seperti menjaga berat badan, beraktivitas fisik, tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol.

Data epidemiologi penyakit DM menunjukkan kasusnya cenderung lebih banyak terjadi di wilayah perkotaan dibanding wilayah pedesaan. Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2018, prevalensi DM lebih tinggi di daerah perkotaan (2,6%) daripada di daerah pedesaan (1,4%). Hal tersebut dikaitkan dengan gaya hidup, di mana masyarakat di daerah urban cenderung memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Masyarakat perkotaan lebih banyak mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang melakukan aktivitas fisik. Masyarakat yang kurang melakukan aktivitas fisik di daerah pedesaan sebesar 42,4% sementara di daerah perkotaan lebih banyak yakni mencapai 57,6%. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa penyakit DM makin banyak juga ditemukan di wilayah pedesaan.

Artikel yang berjudul “Analisis Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Pedesaan” ini mengkaji faktor risiko kejadian DM di wilayah pedesaan, terutama faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat diubah menarik untuk ditelaah lebih dalam, karena dengan mengetahui faktor risiko yang dapat diubah, masyarakat bisa melakukan upaya pencegahan terhadap DM khususnya DM tipe II. Variabel yang diteliti antara lain karakteristik responden, pola makan, aktivitas fisik dan keterpaparan asap rokok. Artikel ini selanjutnya dapat menjadi rujukan bagi stakeholder dalam merancang dan menyusun kebijakan dan program pencegahan DM khususnya DM tipe II.

 

Penulis: Lu’lu Nafisah

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/27027

Nurbaiti, TT., Maqfiroch, AFA., Wijayanti, SPM. (2020). Analisis Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Pedesaan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 15(1): 16-21