Dosen Kesmas Turut Berkontribusi dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak dan Mewujudkan Banyumas Kabupaten Layak Anak

Kekerasan terhadap anak dapat terjadi dimana saja baik di sekolah, rumah, ataupun di ruang publik dan juga dalam bentuk verbal ataupun non-verbal. Hubungan korban dengan pelaku juga bisa siapa saja, bahkan orang yang memiliki hubungan dekat dengan korban juga dapat menjadi pelaku. Data dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (PPT PKBGA) Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2018 kekerasan terhadap anak masih mendominasi. Dari 140 kasus yang didampingi, 62 di antaranya kasus kekerasan terhadap anak dan 40 di antaranya kekerasan seksual dan pelaku didominasi oleh orang-orang dekat yang dikenal korban. Dampak kekerasan yang dialami korban dapat berupa luka fisik, rasa malu, takut, depresi, terganggunya capaian akademik di sekolah, dan berpotensi menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari. Oleh sebab itu, dosen jurusan kesehatan masyrakat berinisiatif menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tentang bagaimana cara anak untuk melindungi diri dari kejadian kekerasan.

Kegiatan yang dipelopori oleh dosen kesmas Unsoed yang terdiri dari Ibu Lu’lu Nafisah, S.KM., M.K.M, Aisyah Apriliciciliana Aryani, S.KM., M.K.M dan Yuditha Nindya Kartika Rizqi, S.KM., M.P.H ini telah dilaksanakan dengan lancar selama dua bulan yang terdiri dari edukasi secara daring pada hari Jum’at, 3 Juli 2020 menggunakan google meet dan pelatihan secara tatap muka pada hari Jum’at, 7 Agustus 2020 di Aula SMK Swagaya 1 Purwokerto. Peserta kegiatan ini yakni pelajar SMK Swagaya 1 yang aktif mengikuti kegiatan pramuka dan PMR di sekolah sebanyak 50 siswa/i berdasarkan arahan dari Pembina Pramuka dan PMR. Namun, total peserta yang aktif mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir adalah 33 orang.

Kegiatan pertama pada pengabdian ini adalah edukasi mengenai kekerasan terhadap anak dan kegiatan selanjutnya adalah pelatihan kecakapan hidup. Pada sesi pelatihan, peserta kemudian dibagi menjadi 2 kelompok kecil untuk mengoptimalkan penyampaian materi, diskusi, dan simulasi. Pelatihan ini diawali dengan brainstorming tentang kekerasan terhadap anak dan bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah, menangani, dan menanggulangi kekerasan terhadap anak. Kegiatan yang dipimpin oleh fasilitator ini bertujuan agar peserta memiliki persepsi yang sama sebelum sesi pelatihan dimulai. Selanjutnya tim pengabdian membagikan modul kegiatan dan lembar simulasi pada semua peserta. Materi sekilas tentang keterampilan hidup dan manfaatnya disampaikan sebelum praktik dimulai. Materi yang disampaikan meliputi hak anak, dasar hukum perlindungan hak anak, peran sekolah dalam memenuhi hak dan anak, kekerasan terhadap anak, strategi pencegahan kekerasan di sekolah, dan peran kecakapan hidup dalam melindungi anak dari kekerasan. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan kecakapan hidup (life skills) yang berlangsung selama 2 jam dengan alat bantu yaitu modul, lembar balik, dan lembar simulasi. 12 macam keterampilan hidup yang disampaikan oleh fasilitator terdiri dari: 1) Mengenal diri sendiri dan nilai-nilai pribadi, 2) Merencanakan masa depan, 3) Menjalin hubungan interpersonal, 4) Mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan, 5) Kemampuan menyelesaikan masalah, 6) Berpikir kreatif, 7) Berpikir kritis, 8) Berkomunikasi dan bernegosiasi, 9) Berempati, 10) Mengelola emosi, 11) Mengelola stress, 12) Mencari bantuan.

Evaluasi dilakukan dengan melihat perbandingan skor pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan, ketepatan menjawab kuis, dan praktik langsung sesuai arahan dari fasilitator. Kegiatan pengabdian ini memberikan gambaran pengalaman remaja yang berkaitan dengan kejadian kekerasan di sekitarnya, persepsi remaja mengenai kecakapan hidup dan peranannya dalam melindungi seseorang dari kekerasan, serta adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan remaja berkaitan dengan macam-macam kecakapan hidup. Remaja pernah mengalami beberapa bentuk kekerasan dan menyadari pentingnya kemampuan yang mereka miliki untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat kejadian kekerasan yang dialaminya. Oleh sebab itu, penerapan program pelatihan kecakapan hidup ini diharapkan dapat menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran di kelas atau di kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat meningkatkan jumlah remaja yang memiliki kecakapan hidup yang dapat melindungi diri mereka dari kekerasan juga meningkatkan motivasi dalam belajar.

Semoga kegiatan ini dapat membantu mengurangi kejadian kekerasan terhadap anak dan mewujudkan Banyumas sebagai Kabupaten Layak Anak (LN).